Monday, May 20, 2013

Perihal Pemberian Penghargaan kepada Presiden RI

elisabeth alfrida ====> Sebuah penjelasan yang masuk akal mengenai rencana pemberian penghargaan kepada presiden RI Susilo Bambang Yudoyono oleh ACF (Appeal of Conscience Foundation ).
Rencana penghargaankepada bapak SBY telah memunculkan kontroversi di Indonesia mengingat beberapa tahun terakhir ini negara kita diwarnai dengan konflik yang bersifat keagamaan.

Sebagai orang yang dekat dengan Rabbi Marc Schneier anak dari pendiri ACF Rabbi Arthur Schneier, Ustadz Shamsi Ali memberikan penjelasan perihal kontroversi atas award tersebut sbb:


Perihal Pemberian Penghargaan kepada Presiden RI
Oleh: M. Shamsi Ali

Di tengah berbagai hiruk pikuk politik di tanah air, termasuk keributan mengenai korupsi dagang daging sapi, masyarakat kita kini dilanda kegatalan sesaat menanggapi rencana pemberian penghargaan negarawan dunia 2013 atau ‘World Statesman Award’ kepada Presiden SBY oleh sebuah organisasi yang bermarkas di kota New York, Appeal of Conscience Foundation (ACF) tanggal 30 Mei mendatang.

Saya ingin perjelas di awal tulisan ini bahwa saya bukan tidak setuju dengan 'concerns' teman-teman tentang adanya gesekan-gesekan atau bahkan kekerasan-kekerasan antar komunitas beragama di Indonesia. Tidak juga mengingkari ketidak sempurnaan pemerintah, dan khususnya para penegak hukum, dalam upaya menangani kekerasan-kekerasan itu. Bahkan dalam beberapa kesempatan telah saya sampaikan kekecewaan, dan bahkan rasa malu saya sebagai anak bangsa, khususnya dalam kaitan dengan keaktifan saya dalam membangun hubungan dan kerjasama antar umat beragama di Amerika Serikat.


Kekerasan-kekerasan yang masih terjadi di negara kita, baik itu bersifat intra agama (Sunni-Syi'ah) maupun antar agama (Islam - Kristen) adalah hal yang seharusnya menjadi perhatian bersama. Fenomena tersebut mencoreng wajah bangsa Indonesia, yang secara historis memiliki kultur yang damai dan bersahabat. Bangsa Indonesia dikenal sejak zaman dahulu sebagai bangsa yang ramah, rendah hati, dan hormat. Secara khusus, bagi saya pribadi, Indonesia sebagai negara berpenduduk mayoritas Muslim dan bahkan dikenal sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, tentu fenomena ini menyedihkan, dan bahkan memalukan.

Namun demikian, apakah pemberian penghargaan kepada Presiden RI, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono, dianggap peremehan, dan bahkan dicurigai akan menambah kekerasan-kekerasan dan konflik antar agama? Saya tidak setuju dan bahkan berpikir sebaliknya. Saya justeru mendukung dan bangga dengan pemberian penghargaan ini kepada beliau dengan alasan-alasan yang akan saya sampaikan berikut ini:

1. Harus diakui bahwa tidak ada negara di dunia kita yang 'immune' dari gesekan-gesekan antar komunitas, termasuk di dalamnya antar komunitas agama. Bahkan Amerika sekalipun kenyatan itu ada. Sebagai seorang muslim yang hidup di AS, saya bisa menjadi saksi kerukunan dan bahkan kerjasama antar umat beragama di negara ini. Tapi sebaliknya saya juga bisa menjadi saksi akan perlakukan-perlakukan diksriminasi kepada komunitas kami di negara ini.

Kenyataan ini seharusnya membuka mata kita bahwa menuju kepada kesempurnaan itu merupakan proses yang tidak terjadi dlam sekejap. Dan dalam proses itu diperlukan kesabaran dan kejelian dalam melihat berbagai peluang yang memungkinkan untuk mengurangi tensi dan konflik antar agama itu. Saya yakin, Indonesia sedang dalam persimpangan jalan menuju kepada kematangan demokrasi. Dan dalam proses kematangan tersebut sepertinya menjadi bagian dari sunnahnya bahwa akan terjadi "ketidak nyamanan", seperti konflik dan kekerasan antar ras di tahun hanya beberapa tahun dilam di AS.

2. Sebagai warga Indonesia yang tinggal di luar negeri yang cukup lama, sekitar 16 tahun, saya selalu disuapi oleh berbagai informasi yang buruk mengenai Indonesia. Maka ketika ada pemberian penghargaan ini saya merasa itu adalah pelipur lara dan bahkan kebanggan bahwa ternyata ada perubahan yang terjadi di mata dunia. Bahwa kendati dengan berbagai kekurangan itu, dunia semakin mengakui bahwa negara Indonesia sedang berjuang untuk menjadi lebih baik, termasuk dalam tatanan kehidupan antar umat beragama.

Bagi saya, pemberian penghargaan ini akan menjadi cambuk tersendiri bagi pemerintah dan juga rakyat Indonesia untuk semakin membuktikan kepercayaan dunia itu. Sebab terkadang apresiasi itu menjadi motivasi dalam melakukan hal-hal yang dihargai tersebut. Contoh kecil, ketika komunitas lain mengakui dan menghargai kerja-kerja membangun dialog antar beragama yang saya lakukan, saya semakin merasa termotivasi dan terdorong untuk melakukan yang lebih baik lagi. Semoga pemberian pengharagaan ini akan menjadi cambuk bagi pemerintah dan rakyat Indonesia untuk melakukan perbaikan menuju kepada yang lebih baik.

3. Saya menilai pengharaan ini tidak diberikan kepada pribadi Presiden SBY. Tapi saya menilai penghargaan ini diberikan kepada negara dan bangsa Indonesia. Oleh karenanya, ketika ada pihak-pihak yang merasa belum puas dengan apa yang terjadi di dalam negeri, sebaiknya memakai kacamata yang lebih besar dalam melihat pemberian pengharagaan ini. Maksud saya, bahwa lihat pemberian penghargaan ini sebagai pengakuan dunia terhadap Indonesia dan bukan pengakuan dunia kepada Bapak SBY. Dengan demikian, kalaupun merasa tidak puas dengan Bapak SBY sebagai pribadi, seharusnya merasa bangga dengan pengharaan atau pengakuan dunia ini kepada negara dan bangsa kita.

Pada akhirnya, apapun dan bagaimanapun pendapat kita, itu adalah hak yang dijamin oleh UU negara dan tentunya yang lebih penting oleh Tuhan. Adanya perbedaan-perbedaan dalam melihat sebuah permasalahan adalah lumrah, dan bahkan bisa saja membawa 'berkah' asal dilandasi oleh niat ikhlas dan jujur kepada diri, kepada bangsa dan negara, dan tentunya yang lebih penting kepada Tuhan kita. Apalagi, dalam dunia keterbukaan dan yang lebih demokratis saat ini, kemampuan kita mengekspresikan pendapat dan bahkan yang pahit sekalipun, memang dianggap menjadi bagian dari proses pematangan itu sendiri.

Secara pribadi, saya ingin menyampaikan ucapan selamat kepada Bapak Presiden RI, kepada bangsa dan negara, atas pengakuan dunia. Tentu diikuti oleh sebuah harapan dan doa, semoga Bapap Presiden dan rakyat Indonesia menjadikan penghargaan tersebut sebagai motivasi, dan bahkan cambuk yang keras untuk semakin melakukan yang terbaik bagi seluruh rakyat RI ke depan. Amin!

New York, 19 Mei 2013

----------------------------------------------
Notes :
1- M. Shamsi Ali atau yang lebih dikenal dengan panggilan Imam Shamsi Ali : Imam besar dibeberapa masjid di New York , seperti Manhattan Jamaica Islamic Center of New York, dan Astoria (Indonesian community).

2- Marc Schneier : Wakil ketua konggres Yahudi sedunia dan juga pimpinan dan pendiri The Foundation for Ethnic Understanding, dan the founding rabbi of The Hampton Synagogue di Westhampton Beach, New York dan juga Synagogue di Manhattan New York.
Beliau anak Rabbi Arthur Schneier pendiri ACF sebuah NGO yang cukup terkenal di AS.
Saat ini Imam Shamsi Ali dan Marc Schneier bekersama untuk mengurangi keteganan dan kesalah pahaman antar ummat beragama di AS terutama Islam dan Yahudi diseluruh Amerika.

No comments: