BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Tidak
diketahui kapan tepatnya revolusi industri dimulai. Ada yang berpendapat bahwa
revolusi industri dimulai sejak Abad Pencerahan, bahkan ada juga yang
berpendapat sejak masa Yunani. Namun menurut informasi yang didapatkan, secara
umum pendapat yang dikemukakan adalah bahwa Revolusi industri pertama kali terjadi di Inggris pada tahun 1760.
Revolusi industri adalah suatu perubahan secara cepat dari ekonomi pertanian ke
ekonomi industri. Sedangkan di Perancis, revolusi terjadi ketika kaum
revolusioner menyerbu penjara Bastille pada tahun 1789. Latar belakang dibalik
revolusi industri di Inggris dan revolusi di Perancis terjadi di berbagai
bidang kehidupan sehari-hari di Inggris serta Perancis, yaitu dalam bidang
ekonomi, politik, sosial, iptek maupun budaya. Ada juga yang berpendapat bahwa di
Inggris, yang membuat revolusi industri pertama kali muncul adalah penemuan
dari James Watt yang terjadi pada tahun 1763. Sebuah penemuan teknologi mesin
yang dilakukan sebenarnya hanya sebuah modifikasi dari penemuan seorang penemu
lain, yakni Thomas Newcomen yang dianggap boros bahan bakar namun tenaganya
berskala kecil. Sejak saat itu, pada tahun-tahun berikutnya, banyak sekali
penemuan-penemuan lain yang dilakukan oleh para ilmuwan yang kemudian dianggap
sebagai bapak dari barang temuannya tersebut.
Sedangkan
di Perancis, hal-hal yang melatarbelakangi revolusi disana adalah kondisi
politik, ekonomi dan sosial yang tidak seimbang. Seperti misalnya dalam bidang
sosial, di Perancis terjadi kesenjangan sosial yang menimbulkan tingkatan
golongan kehidupan yang tidak bisa diganggu gugat saat itu. Dari golongan
petani yang tidak mendapatkan hak-hak istimewa, sampai golongan ulama gereja Katholik.
Revolusi
industri di Inggris dan kemudian revolusi Perancis menumbuhkan cara pandang
baru manusia tentang Tuhan, dunia, manusia sendiri maupun semua yang berkaitan
dengan dirinya sendiri. Filsafat juga hadir secara baru. Descartes mendahului
dengan cogito ergo sum-nya yang kemudian memunculkan filsafat modern.
Setelah Descartes, muncul lagi seorang nabi di dunia filsafat yang meramalkan
runtuhnya hegemoni kekristenan di Eropa. Dialah Friedrich Wilhelm Nietzsche.
Siapakah dia? Kami akan menjelaskan selengkapnya di halaman selanjutnya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa
hubungan antara konsep yang dibawa oleh Friedrich Wilhelm Nietzche dengan
Nihilisme?
2. Apakah
dampak dari istilah “Gott ist Tot” terhadap kehidupan masyarakat?
BAB 2
ACUAN TEORITIK
2.1
Tokoh
aliran
Nietzshe atau yang memiliki nama lengkap Friedrich
Wilhelm Nietzshe ini lahir di Röcken,
Jerman, pada tanggal 15 Oktober 1844 dan meninggal di Weimar, tanggal 25
Agustus 1900 M. Orangtua Nietzshe adalah seorang pendeta Lutheran yang bernama
Carl Ludwig Nietzshe (1813-1849). Nietzshe diberi nama tersebut untuk
menghormati kaisar Prusia Friedrich Wilhelm IV yang memiliki tanggal lahir yang
sama dengannya. Setelah kematian ayah dan adik laki-lakinya yang bernama Ludwig
Joseph (1848-1850), keluarga Nietzshe pindah ke Naumburg dekat Saale. Ia dididik dalam suasana penuh kelembutan dan
kemanjaan dari ibu dan saudara perempuannya. Ia merupakan seorang yang lembut
dan mempunyai hobi membaca, terutama injil. Hidupnya banyak dirundungi
kemalangan, namun ia tidak pernah sedikitpun mengeluh, sebagaimana semboyannya
yang terkenal “ Amor Fati “. Dalam perjalanan akademisnya ia banyak
berkenalan dengan orang-orang besar yang kelak akan banyak memberikan pengaruh
terhadap pemikirannya, seperti Scopenhauer, Johan Goethe, Richard Wagner, dan
Fredrich Ritschl. Karir akademis bergengsi yang pernah didudukinya ialah
menjadi profesor filologi di Basel University, yang ia dapatkan ketika ia
berusia dua puluh tahun.[2]
Ketika kesehatannya mulai memburuk, ia melepaskan jabatannya ini. Ia
mengembara ke tempat yang tenang untuk menyelesaikan karya-karyanya.
Menjelang akhir
hidupnya, ia dirawat di rumah sakit jiwa. Setelah ibunya meninggal, ia dirawat
oleh saudaranya, Elizabeth. Ia sangat sedih dan prihatin melihat kondisi
Nietzsche, bahkan Nietzsche sendiri sudah tidak menyadari akan kebesaran
namanya. Pada usia 46 tahun, tanggal 25 Agustus 1900, setelah 11 tahun
menderita sakit jiwa, rajawali kaum filsuf ini mengehembuskan nafas terakhirnya
di Weimar. Ia meninggalkan nama besar dan karya-karya yang sampai saat ini
tidak usang untuk dinikmati berulang-ulang. Oleh Nietzshe, sejarah filsafat
diperkaya dengan halaman-halaman baru, segar, ganas, gemilang, dan gila.
Berikut merupakan
beberapa karya penting yang ditulis oleh Friedrich Nietzshe:
a.
1872: Die Geburt der Tragödie (Kelahiran Tragedi)
b.
1873-1876: Unzeitgemässe Betrachtungen (Pandangan
Non-Kontemporer)
c. 1878-1880: Menschliches, Allzumenschliches
(Manusiawi, Terlalu
Manusiawi)
d.
1881: Morgentröthe (Merahnya Pagi)
e.
1882: Die fröhliche Wissenschaft (Pengetahuan
Jenaka)
f.
1883-1885: Also sprach Zarathustra (Begitulah Sabda
Zarathustra)
g.
1886: Jenseits von Gut und Böse (Melampaui Kebajikan
dan Kejahatan)
h.
1887: Zur Genealogie der Moral (Mengenai Silsilah
Moral)
i.
1888: Der Fall Wagner (Hal perihal Wagner)
j.
1889: Götzen-Dämmerung (Menutupi Berhala)
k.
1889: Der Antichrist (Sang Antikristus)
l.
1889: Ecce Homo (Lihat Sang Manusia)
2.2
Konsep
dasar
Will to power
mengarah kepada diri manusia dimana definisinya adalah prinsip seluruh
kehidupan manusia dipakai untuk menerangkan dorongan hidup Yunani kuno sehingga
menghasilkan kebudayaan tinggi. Will to power disini dibagi 3 bagian oleh
Nietzche :
1.
WORLD & WILL TO
POWER
- Beyond Good and Evil
Konsep ini banyak mendapat pengaruh dari Schopenheur. Bagi
Nietzche, dunia adalah fenomena yaitu satu-satunya kenyataan sejati dari segala
sesuatu maka tidak ada maya maupun metafisika. maka satu-satunya prinsip
menafsirkan dunia yaitu melalui dunia fenomena. Ia membuang dunia nomena karena
tiada memancarkan ' will to power'.
2.
LIFE & WILL TO POWER - Will To Power
Definisi hidup dari Nietzche adalah sejumlah kekuatan yang
disatukan oleh suatu proses pemeliharaan untuk mengakhiri kekuatan sebelumnya.
Manusia dan binatang sama-sama punya kekuatan yang disatukan oleh proses
pemeliharaan tapi manusia punya kelebihan yaitu potensi mengatasi dirinya
sendiri dan memiliki tujuan hidup maka inilah ciri hidup manusia yang
menghasilkan kebahagiaan yaitu UBERMENCH. UBERMENCH adalah semacam manusia
ideal yang dapat merealisasikan semua kemungkinan untuk memperoleh kebahagiaan
melalui kekuasaan dan perang terhadap sesamanya. Jadi, Nietzche berusaha
menciptakan monster bertubuh manusia yang egois untuk menaklukkan dunia seperti
TERMINATOR.
3.
WILL & WILL TO POWER - The Genealogy of
Moral
Suatu kritik Nietzche terhadap orang kristen khususnya moralitas,
bahwa sebenarnya moralitas orang kristen berasal dari kebencian dan kebahagiaan
lahir dari reaksi kelemahan mereka. Kedua, setiap manusia memiliki suara hati
dan orang kristen percaya suara hati adalah suara Allah dalam hati manusia tapi
bagi Nietzche itulah naluri kekejaman. Ketiga, Manusia punya cita-cita
bagaimana mereka hidup sesuai kehendak Tuhan. Bagi Nietzche, itu justru
cita-cita yang merusak kehidupan sebenarnya dan membuat orang kristen jadi
penakut karena takur terhadap ' meaningless'. Nietzche punya mimpi manusia
memiliki moralitas seperti Yunani, Persia, Yahudi dan Jerman, dengan ' will to
power ' diciptakan untuk melindungi masyarakat dan masyarakat hidup dalam
ketaatan tapi apakah bisa terlaksana ? problemnya bisa lahir individu-individu
seperti Nietzche lagi yang punya hasrat serupa melawan tradisi yang sudah
mapan. Dalam hal ini Nietzche lupa siapa dirinya sebenarnya.
Konsep ini membuat Nietzsche bisa dikategorikan
sebagai seorang pemikir yang naturalistic (Naturalistic
Thinker), yakni yang melihat manusia tidak lebih dari sekedar
insting-insting alamiahnya (natural instincts) yang mirip dengan
hewan, maupun mahluk hidup lainnya. Nietzsche dengan jelas menyatakan
penolakannya pada berbagai konsep filsafat tradisional, seperti kehendak bebas
(free will), substansi (substance), kesatuan, jiwa, dan
sebagainya.
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1
Isu Utama Pemikiran Friedrich Nietzsche
Sebelumnya,
Nietzsche telah mendapatkan inspirasi dari karya Arthur Schopenhauer, mengenai
konsep the will to life. Schopenhauer, yang menulis satu generasi
sebelum Nietzsche, menjelaskan bahwa alam semesta beserta seluruh isinya ini
digerakkan oleh hasrat untuk hidup. Hasrat itulah yang terdapat pada semua
makhluk hidup untuk menolak kematian dan menghasilkan ciptaan yang bermakna.
Selain itu
Nietzsche juga membaca buku karya Albert Lange yang berjudul Geschichte
des Materialismus (History of Materialism) yang terbit tahun
1865. Nietzsche membaca buku itu pada tahun 1866. Pada awal tahun 1872
Nietzsche mempelajari buku Boscovitch yang berjudul Theoria Philosophia
Naturalis. Nietzsche mulai berbicara tentang desire for power (Machtgelust)
dalam tulisannya yang berjudul The Wanderer and his Shadow
(1880) dan Daybreak (1881).
Dalam tulisan
itu, Machtgelust dimaknakan sebagai “the pleasure of the feeling
of power and the hunger to to over power. Alkisah,
terbitlah karya Wilhelm Roux, The Struggle of Parts
in the Organism (Der Kamf der Theile im Organismus), pada tahun
1881. Nietzsche membacanya pada tahun itu juga. Buku itu merupakan tanggapan
terhadap teori Darwinian. Tujuannya menawarkan teori evolusi yang berbeda dari
Charles Darwin. Roux adalah mahasiswa dari dan terpengaruh oleh pemikir
terkenal Ernst Haeckel, yang meyakini bahwa perjuangan untuk hidup sudah
dimulai pada taraf cellular.
Nietzsche mulai
mengembangkan konsep Machtgelust dalam tulisanntya, The Gay of
Science (1882). Dalam bagian tulisannya yang berjudul “On the Doctrine
of the feeling of power” ia menghubungkan kehendak atau hasrat untuk
kekejaman dengan feeling of power. Dalam The Gay of Science
Nietzsche banyak menekankan bahwa hanya pada makhluk intelektual terdapat pleasure,
displeasure, dan hasrat.
Tahun 1883
Nietzsche mengukuhkan konsep The Will to Power (Wille zur Macht)
dalam karyanya yang berjudul Thus Spoke Zarathustra. Kini konsep itu
tidak lagi terbatas hanya berlaku terhadap segala makhluk intelektual, tetapi
juga berlaku pada semua makhluk hidup. Selalu ada the will to power di
mana ada kehidupan. Sehingga, Nietzsche pun sampai kepada pernyataan
bahwa “world is the will to power – and nothing beside”.
Setelah
melewati proses bertahap, konsep Shopenhauer “will to live” menjadi
jauh tertinggal dibanding konsep Nietzsche “The Will to Power”.
Menurut Nietzsche Shopenhauer tidak mengerti sejatinya apa itu the will to
power, sebab Schopenhauer hanya mendengar dari orang lain saja. Hasrat
untuk Berkuasa, kata Nietzsche, jauh lebih kuat dibanding the will to
life. Tanpa the will to power manusia bukan apa-apa lagi.
The
will to power adalah sebuah konsep penting yang
paling melekat erat diantara beberapa tulisan dari Nietzsche. Berkesimpulan, bahwa alam semesta dikendalikan oleh kehendak
buta. Nietzche dalam study mencari gagasan Yunani kuno telah
menyimpulkan bahwa kekuatan yang menjadi pendorong peradapan semata-mata adalah
langkah untuk mencari kekuatan tertinggi (absolute) dalam mencari sebuah
kekuasaan. Hal ini di pertegas Nietzsche yang tertulis dalam buku terjemahan
karya Walter Kaufman, dan R.J. Hollingdale sebagai berikut:
“Dunia ini adalah kehendak untuk berkuasa – dan tidak ada
yang lainnya! Kaulah sendiri yang menjadi kehendak untuk berkuasa ini – dan
tidak ada lagi yang lainnya!”
3.2
Konsep Nietzsche Dengan Nihilisme
Nihilisme merupakan
sebuah paham, dari kata kerja ANNIHILATE, artinya meniadakan,
membasmi, memusnahkan, menghapuskan, melenyapkan segenap eksistensi. Nihilisme adalah sebuah pandangan filosofi yang sering dihubungkan dengan Friedrich Nietzsche. Nihilisme mengatakan bahwa dunia ini, terutama keberadaan manusia di dunia, tidak memiliki suatu tujuan. Nihilis biasanya memiliki beberapa atau semua pandangan ini: tidak ada bukti yang mendukung keberadaan pencipta, moral sejati tidak diketahui, dan etika sekular adalah tidak mungkin. Karena itu, kehidupan tidak memiliki arti, dan tidak ada tindakan yang lebih baik daripada yang lain.
membasmi, memusnahkan, menghapuskan, melenyapkan segenap eksistensi. Nihilisme adalah sebuah pandangan filosofi yang sering dihubungkan dengan Friedrich Nietzsche. Nihilisme mengatakan bahwa dunia ini, terutama keberadaan manusia di dunia, tidak memiliki suatu tujuan. Nihilis biasanya memiliki beberapa atau semua pandangan ini: tidak ada bukti yang mendukung keberadaan pencipta, moral sejati tidak diketahui, dan etika sekular adalah tidak mungkin. Karena itu, kehidupan tidak memiliki arti, dan tidak ada tindakan yang lebih baik daripada yang lain.
Menurut
beberapa narasumber yang mengkritisi filsafat ini, Nihilisme merupakan salah satu konsep dari Nietzsche. Dan konsep ini dipeluk oleh orang-orang yang
memahami bahwa realitas yang ada di alam ini hanyalah keburukan. Mereka
beranggapan bahwa fenomena-fenomena yang ada pada manusia tidak lain adalah
kemalangan, penderitaan, kemiskinan dan kehancuran.
3.3
“The Death of God”
Filsafat
Nietzsche adalah filsafat cara memandang ‘kebenaran’ atau dikenal dengan
istilah filsafat perspektivisme. Beliau
juga dikenal dengan julukan ‘sang pembunuh Tuhan’ (dalam Also
Sprach Zarathustra) . Nietzsche mengkritisi kebudayaan barat di zamannya
yang sebagian besar dipengaruhi oleh pemikiran Plato dan tradisi
kekristenan. Dan dikatakan bahwa
kematian Tuhan dan paradigm kehidupan setelah kematian Tuhan tersebut tidak
menjadikan filosofi Nietzsche menjadi sebuah filosofi nihilisme. Namun, sebaliknya
filosofi yang dikemukakan oleh Nietzsche ini adalah filosofi untuk menaklukkan
nihilisme (Űberwindung der Nihilismus)
dengan mencintai utuh kehidupan (Lebensbejahung)
dan memposisikan manusia sebagai manusia purna Űbermensch dengan kehendak untuk berkuasa (der Wille zur Macht).
Sebuah ungkapan
yang sering dikutip dari Friedrich Nietzsche adalah “Tuhan sudah mati” yang
muncul pertama kali dalam The Gay Science,
seksi 108 (New Strunggles), dalam
seksi 125 (The Madman), dan untuk
ketiga kalinya dalam seksi 343 (The
Meaning of Our Cheerfulness). Dalam The
Madman dinyatakan sebagai berikut:
“Tuhan sudah mati, dan Tuhan tetap mati. Dan
kita telah membunuhnya. Bagaimanakah kita pembunuh dari semua pembunuh,
menghibur diri kita sendiri? Yang paling suci dan paling perkasa dari semua
yang pernah dimiliki dunia telah berdarah hingga mati di ujung pisau kita
sendiri. Siapakah yang akan menyapukan darahnya kita? Dengan air apakah kita
dapat menyucikan diri kita? Pesta-pesta penebusan apakah, apa perlu permainan-permainan
suci yang perlu kita ciptakan? Bukankah kebesaran dari perbuatan ini terlalu
besar bagi kita? Tidakkah seharusnya kita sendiri menjadi tuhan-tuhan
semata-mata supaya layak akan hal itu (pembunuhan Tuhan)?”
Namun ungkapan
seperti itu tidak boleh ditanggapi secara harfiah, bahwa secara fisik Tuhan
kini sudah mati (karena Tuhan tidak mati dan tak pernah mati). Inilah cara
Nietzsche mengatakan gagasan bahwa Tuhan tidak lagi mampu untuk berperan
sebagai sumber dari semua aturan moral atau teologi.
BAB 4
KESIMPULAN
1. Ada
beberapa pendapat yang mengatakan bahwa nihilisme adalah konsep Nietzsche, yang
mengatakan bahwa dunia ini terutama keberadaan manusia di dunia tidak memiliki
tujuan. Nihilis biasanya memiliki beberapa atau semua pandangan ini: tidak ada
bukti yang mendukung keberadaan pencipta, moral sejati tidak diketahui, dan
etika sekular adalah tidak mungkin. Karena itu kehidupan tidak memiliki arti,
dan tidak ada tindakan yang lebih baik daripada yang lain. Namun pandangan lain
mengatakan bahwa konsep yang disampaikan oleh Nietzsche mengenai kematian tuhan
itu bukanlah menjadi sebuah filosofi nihilisme, namun sebaliknya menjadi sebuah
filosofi yang menaklukkan nihilisme. Bila dilihat, antara will to power dan nihilisme tidaklah sama, namun saling berkaitan.
Nihilisme yang mengatakan keberadaan manusia di dunia tidak memiliki tujuan
sedikit dibantah oleh Nietzsche yang mengatakan bahwa manusia memiliki kekuatan
untuk berkuasa.
2. Istilah
“Gott Ist Tot” banyak digunakan dalam
kehidupan masyarakat dan rata-rata dibidang seni.
a. “Dio
è morto” (Tuhan sudah mati, bahasa Italia) adalah judul dari sebuah nyanyian
Italia terkenal yang ditulis oleh pengarang lagu Francesco Guccini yang menjadi
hit bagi band Italia Nomadi pada 1965.
b. “Tuhan
sudah mati” juga merupakan sebuah lagu instrumental Midtown dalam album 2004
mereka Forget What You Know (Lupakan
yang Anda Tahu).
c. Ungkapan
“Gott Ist Tot” digunakan dalam lagu “Willst du Hoffnung?” (Anda menginginkan
pengharapan) dan “Der neue Gott” (Tuhan yang baru) oleh kelompok Jerman OOMPH!.
d. Drama
televisi The Second Coming (TV)
berakhir dengan Tuhan yang sedang sekarat, dengan maksud menakut-nakuti umat
manusia agar mereka bersungguh-sungguh menjalani kehidupan mereka dengan baik
dan menyingkirkan hukuman kekal di neraka.
BAB 5
REFERENSI
Maksum, A. (2008). Pengantar Filsafat.
Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA.
RayaCultura. (n.d.). sastra-politik-dan-kuasa.
Retrieved 03 19, 2013, from http://www.rayakultura.net.
Riyana, C. (n.d.).
Retrieved 03 19, 2013, from
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._KURIKULUM_DAN_TEK._PENDIDIKAN/197512302001121-CEPI_RIYANA/06_Filsafat_Nihilisme.pdf
Santoso, D. (n.d.). daniel_santoso/reflection.
Retrieved 03 19, 2013, from http://members.tripod.com.
Wattimena, R. A.
(2011, 12 16). manusia-dan-kehendak-untuk-berkuasa. Retrieved 03 19,
2013, from http://rumahfilsafat.com.
No comments:
Post a Comment