Friday, December 30, 2011

Tradisi Natal di Polandia


elisabeth alfrida


Sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama Katolik, Natal adalah salah satu perayaan terpenting di Polandia. Tanggal 25-26 Desember dinyatakan sebagai hari libur resmi Polandia dan selama 2 hari ini, semua toko dan pusat perbelanjaan pun tutup. Kota-kota besar di Polandia pun terasa makin sepi, seperti di Warsawa ini, karena beberapa hari sebelumnya orang-orang Polandia sudah banyak yang pulang kampung untuk berkumpul dengan keluarganya (iya, pulang kampung alias mudik! Siapa bilang tradisi mudik cuma ada di Indonesia…)

Ini karena sebenarnya tradisi Natal yang utama di Polandia bukanlah perayaan pada hari Natal tanggal 25 Desember itu sendiri, melainkan pada malam Natal (Christmas eve) sehari sebelumnya. Pada tanggal 24 Desember, orang-orang Polandia berkumpul bersama keluarganya untuk merayakan tradisi malam Natal yang disebut Wigilia (dibacanya: Vigilia).
Momen Wigilia ini bukanlah sekedar jamuan makan malam biasa, namun ada kekhususannya. Meja makan ditutup dengan taplak putih dan dibawah taplak seringkali ditaruh beberapa jerami sebagai simbol palungan tempat Kristus dilahirkan. Juga selalu ada 1 kursi makan tambahan yang disiapkan bila sewaktu-waktu ada tamu atau orang asing yang tiba-tiba datang karena mencari makan atau tempat menginap. Tidak ada orang yang seharusnya sendirian pada malam Natal ini, begitu kata tradisi Polandia.



Sesuai tradisi, menu dalam hidangan Wigilia biasanya terdiri dari 12 masakan namun tidak boleh dari daging. Banyak banget ya harus 12 macam makanan… pantesan nini-nini (babcia) Polandia itu pintar masak! Menu yang populer disajikan adalah sup jamur atau bit, uszka (semacam dumpling/pastel isi jamur), pierogi (isinya bisa macam-macam: bisa sauerkraut, jamur, keju atau buah), ikan (biasanya ikan karp – baca catatan saya sebelumnya: “Ini Saatnya Berburu Ikan Karp“), ikan herring, mie dengan poppyseed, kue jahe dan semacam kolak dari buah kering. Ngebayanginnya saja sudah kenyang, apalagi menghabiskannya ya? Ternyata dalam hal perayaan-perayaan tradisional, orang Polandia itu mirip dengan orang Indonesia: pasti banyak makanan yang siap tersedia!



Sebelum menyantap makan malam, semua orang akan memegang opłatek (dibacanya: opuwatek), semacam wafer putih tipis. Sekilas bentuknya mirip hosti di misa-misa Katolik, tetapi oplatek ini bukanlah hosti melainkan hanya simbol dari a shared meal. Setiap orang kemudian bergantian mengucapkan harapan/doa Natal mereka sambil saling memecahkan sedikit opłatek satu sama lain. Biasanya opłatek untuk malam Natal ini didapat dari gereja sehabis ibadah; meskipun tidak dijual dengan harga tertentu tetapi orang-orang biasanya memberikan donasi kecil ke gereja sebagai gantinya. Begitu populernya opłatek ini saat Wigilia, sehingga orang-orang Polandia kadang kala menyelipkan secuil opłatek di kartu Natal yang mereka kirim sebagai simbol berbagi jamuan malam Natal dengan saudara/keluarga mereka di luar negeri.

Apabila sudah selesai menyantap hidangan, acara biasanya dilanjutkan dengan bernyanyi lagu-lagu Natal (semacam Christmas carol) yang disebut kolędy dan membuka kado-kado Natal, utamanya untuk anak-anak. Tetapi berbeda dengan di Amerika, peran Santa Claus tidak menonjol di Polandia – jadi kado-kado Natal tersebut tidak disebutkan berasal dari Santa Claus. Setelah itu, banyak orang yang menyempatkan pergi ke gereja untuk mengikuti Misa Natal Tengah Malam (biasanya sampai jam 2 dini hari). Tidak heran, ujung-ujungnya orang-orang Polandia telat bangun justru pada saat hari Natalnya

Sepinya Natalan di Warsawa…

Seru ya mendengar tradisi Natal di Polandia ini. Sayangnya semua itu tidak saya alami (saya cuma baca dan dengar cerita teman yang menikah dengan orang Polandia), karena saya tidak punya saudara/kerabat orang Polandia yang mengundang saya ikut Wigilia selama saya hidup di Warsawa ini, hiks…

Jadilah yang saya alami selama 4x Natalan di Warsawa adalah kota sepi tanpa kehidupan, bahkan lebih sepi dari kota Jakarta ketika Lebaran. Semua toko/pusat hiburan tutup, jalanan kosong melompong karena orang-orang pada mudik, dan cuaca di bulan Desember yang dingin dan mendung semakin menambah kelabu kota ini. Tambah sedih karena tidak ada ibadah Natal di gereja internasional (gereja berbahasa Inggris untuk orang asing) pada tanggal 25 Desember-nya. Kebanyakan keluarga ekspatriat pada liburan Natal memang memilih berlibur pulang ke negaranya sampai tahun baru.

Di Warsawa ini memang lebih meriah saat menjelang Natal, dengan adanya Christmas Sale atau Christmas Market – tetapi itu semua tutup sejak sehari sebelum Natal (pada tanggal 24 Desember, biasanya toko-toko hanya buka sampai jam 4 sore). Kalau ada yang ingin mengalami White Christmas di Polandia, yah belum tentu juga saljunya turun saat Christmas – seperti 3 tahun terakhir ini saljunya nggak pernah turun tuh pada saat Natal. Pokoknya jauh deh dari bayangan kemeriahan Natal di luar negeri seperti yang diceritakan di film-film. Jadi siapa bilang Natal di Eropa lebih indah daripada di tanah air ?!?