Tuesday, May 21, 2013

KATEKESE SEBELUM TIDUR

elisabeth alfrida =====> Apa dasar ajaran Gereja Katolik bahwa Bunda Maria diangkat ke surga? 

Dogma Maria diangkat ke surga berhubungan dengan ajaran Gereja Katolik lainnya tentang Bunda Maria, yaitu bahwa Bunda Maria adalah Bunda Allah, yang telah dipersiapkan sebelumnya oleh Allah, sehingga Maria menjadi ‘Sang Tabut Perjanjian Baru’ yang mengandung Kristus sebagai penggenapan Perjanjian Lama. Sama seperti Kristus yang dikandungnya dimuliakan Allah dengan kenaikan-Nya ke surga, demikian pula Bunda Maria dimuliakan oleh Allah dengan diangkat ke surga setelah akhir hidupnya di dunia. Pengangkatan Bunda Maria ke surga ini memberikan pengharapan bagi penggenapan janji Allah kepada semua umat beriman yang setia sampai pada akhirnya.

1. Bunda Maria adalah Tabut Perjanjian Baru yang selalu berada dalam kesatuan dengan Kristus yang dikandungnya.

Kitab Mazmur mengajarkan, “Bangunlah, ya TUHAN, dan pergilah ke tempat perhentian-Mu, Engkau serta tabut kekuatan-Mu!” (Mzm 132:8). Maria sebagai Tabut Perjanjian Baru yang mengandung Kristus, akan selalu bersama dengan Kristus. Jika Henokh dan nabi Elia dapat diangkat oleh Tuhan ke surga (lih. Kej 5:24, Ibr 11:5. 2 Raj 1:11-12, 1 Mak 2:58) maka terlebih lagi Tuhan Yesus dapat melakukan hal itu terhadap Ibu-Nya sendiri.

2. Kitab Suci menggambarkan secara figuratif bahwa Bunda Maria adalah ratu, yang menerima kemuliaan karena kemuliaan Puteranya.

Kitab Raja- raja mengisahkan bagaimana Raja Salomo (anak Raja Daud) menghormati ibunya, Batsyeba, dan raja menyediakan tempat bagi bundanya di sebelah kanannya (lih. 1 Raj 2:19). Kristus, sebagai Raja keturunan Daud dan Putera Allah sendiri, akan berbuat yang sama, yaitu menghormati ibu-Nya dan menyediakan tempat baginya di sisi kanan-Nya di Surga. Jika raja di dunia tahu menghormati ibunya, maka Kristus Sang Raja di atas segala raja, tidak akan kurang dalam memberi penghormatan kepada ibu yang melahirkan-Nya ke dunia.

Kitab Mazmur menggambarkan perkawinan raja, di mana raja yang digambarkan di sana adalah Kristus: “Engkau yang terelok di antara anak- anak manusia…. Takhtamu kepunyaan Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya…. sebab itu Allah telah mengurapi engkau… di antara mereka yang disayangi terdapat puteri-puteri raja, disebelah kananmu berdiri permaisuri berpakaian emas dari Ofir.” (Mzm 45:3-10) Permaisuri di sebelah kanan raja adalah bunda sang raja, sebagaimana ratu Batsyeba di jaman Raja Salomo.

Kitab Wahyu menggambarkan Tabut perjanjian sebagai seorang perempuan yang mengandung Anak laki- laki, “Maka terbukalah Bait Suci Allah yang di sorga, dan kelihatanlah tabut perjanjian-Nya di dalam Bait Suci itu dan terjadilah kilat dan deru guruh dan gempa bumi dan hujan es lebat. Maka tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya…. Maka ia melahirkan seorang Anak laki-laki, yang akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi…” (Why 11:19- 12:1-12). Gereja Katolik menginterpretasikan ‘perempuan’ ini secara literal sebagai Bunda Maria, yaitu “perempuan” yang sama yang disebutkan pada Kej 3:15 dan Yoh 2:4; 19:26. Namun demikian, Gereja Katolik juga menerima interpretasi allegoris lainnya, yaitu bahwa ‘perempuan’ ini dapat diinterpretasikan sebagai Gereja, Israel ataupun Yerusalem sorgawi.

3. Pengangkatan Bunda Maria ke surga merupakan pemenuhan janji Allah.

Kitab Suci mengatakan bahwa seorang perempuan (yaitu Bunda Maria) yang keturunannya (Yesus) akan menghancurkan Iblis dan kuasanya, yaitu maut (lih. Kej 3:15); dan bahwa pengangkatan ini merupakan kemenangan atas dosa dan maut (lihat Rom 5-6, 1 Kor 15:21-26) di mana kematian akan ditelan dalam kemenangan (1 Kor 15:54-57).

Rasul Paulus mengajarkan bahwa “…jika kita menderita bersama-sama dengan Dia [Kristus]…kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia” (Rom 8:17). Kehidupan Bunda Maria sendiri diwarnai berbagai penderitaan bersama Kristus, dan nubuat Nabi Simeon bahwa suatu pedang akan menembus jiwanya (Luk 2:35) tergenapi di kaki salib Kristus, saat Bunda Maria melihat Yesus Puteranya disiksa sampai wafat di hadapan matanya sendiri. Oleh sebab Bunda Maria adalah ibu yang melahirkan Kristus dan karena itu dibebaskan Allah dari noda dosa, dan sebab Bunda Maria adalah murid Kristus yang pertama menderita bersama-Nya dengan sempurna, maka layaklah bahwa Tuhan Yesus memenuhi janji dalam Rom 8:17 ini. Demi memenuhi janji inilah, Allah telah mengangkat Bunda Maria, tubuh dan jiwanya ke dalam kemuliaan surga, di akhir hidupnya. Sebab dikatakan dalam Kitab Suci bahwa Kristus adalah buah sulung yang bangkit dari mati, dan kemudian diikuti oleh orang- orang lain [yaitu umat beriman] menurut urutannya (lih. 1 Kor 15:23). Sepantasnyalah Maria, sebagai ibu Yesus, menempati urutan kedua setelah Yesus. Bunda Maria menjadi yang pertama dari umat beriman yang ditempatkan di sebelah kanan Allah, sebagaimana yang dijanjikan Tuhan kepada mereka yang beriman dan hidup sesuai dengan imannya (lih. Mat 25:33).

Akhirnya, perlu kita ketahui bahwa Bunda Maria ‘diangkat’ Tuhan ke surga, dan bukan ‘naik’ ke surga. Maria ‘diangkat’, jadi bukan karena kekuatannya sendiri melainkan diangkat oleh kuasa Allah, sedangkan Yesus ‘naik’ ke surga oleh kekuatan-Nya sendiri. Bagi umat Katolik, peristiwa Bunda Maria diangkat ke surga adalah peringatan akan pengharapan akan kebangkitan badan di akhir zaman. Kita sebagai orang beriman, jika hidup setia dan taat kepada Allah sampai akhir, akan mengalami apa yang dijanjikan Tuhan itu: bahwa kita akan diangkat ke surga, tubuh dan jiwa, untuk bersatu dengan Dia dalam kemuliaan surgawi. Maka, dogma Maria diangkat ke surga, bukan semata-mata doktrin untuk menghormati Maria, tetapi merupakan perayaan akan pengharapan kita sebagai murid- murid Kristus.

Sumber: Situs Katolisitas
--Deo Gratias--

No comments: