Monday, April 15, 2013

Bagi Burung, Selingkuh Bermanfaat

elisabeth alfrida elisabeth alfrida
Burung ternyata mengenal perselingkuhan. Namun, di luar dugaan, perselingkuhan justru menguntungkan.





Hal tersebut terungkap dari hasil riset para peneliti dari University of East Anglia, University of Melbourne di Australia, dan University of Groningen di Belanda.

Hasil penelitian mengungkap bahwa asmara burung menyerupai asmara manusia. Burung punya pilihan untuk hidup bersama satu pasangan selamanya dan beranak pinak, layaknya membangun bahtera rumah tangga. Namun, ternyata "biduk rumah tangga" burung juga dihiasi perselingkuhan.

Dari sudut pandang manusia, laki-laki adalah aktor perselingkuhan, sampai muncul istilah laki-laki hidung belang. Namun, pada burung, betinalah yang lebih suka berselingkuh.

Riset menguak bahwa betina burung memang masih menjaga "komitmen" dengan pejantan pasangannya namun terus berselingkuh dengan pejantan lain. Yang mengejutkan, perselingkuhan juga menghasilkan anak.

Ilmuwan University of East Anglia mempelajari burung penyanyi spesies Acrocephalus sechellensis. Mereka mengungkap bahwa betina spesies itu lebih memilih pejantan lain membuahi telurnya.

Tim peneliti menangkap 97 persen A sechellensis di Pulau Cousin. Mereka mengambil sampel DNA dan mengobservasi perilaku reproduksi burung itu. Sejumlah 160 burung yang lahir antara tahun 1997-1999 diteliti dan peneliti menemukan bahwa 40 persen burung itu adalah "anak haram".

Sementara itu, tim dari Melbourne University dan University of Groningen meneliti burung penyanyi spesies Parus caeruleus.

Peneliti mengambil 1.732 telur dari 190 sarang burung spesies P caeruleus. Ilmuwan melakukan identifikasi untuk menentukan ayah dari telur tersebut serta telur tersebut dikeluarkan. Hasilnya mengejutkan, banyak telur yang merupakan hasil pembuahan pejantan lain.

"Yang mengejutkan, hampir 75 persen dari telur hasil pembuahan pejantan lain dihasilkan pada setengah kelompok telur," kata Michael Magrath dari University of Melbourne.

Diberitakan ABC News, Minggu (14/3/2013), betina P caeruleus punya keahlian mengatur pembuahan. Betina mampu menyimpan sperma. Pada saat awal, betina akan menggunakan sperma pejantan lain untuk membuahi telurnya. Selanjutnya baru menggunakan sperma "suaminya".

Lucunya, meski betina terang-terangan selingkuh dan menghasilkan anak, pejantan tetap tak tahu. Mereka tetap memelihara dan mencukupi kebutuhan telur dan anakannya.

Menurut ilmuwan, strategi pada spesies P caeruleus adalah salah satu yang bisa membodohi pejantan. Telur hasil pembuahan dengan pejantan lain akan mengecoh pejantan pasangan di betina. Pejantan tepat merasa bahwa semua telur miliknya.

Meski cerita burung ini dianggap pedih dalam sudut pandang manusia, pilihan betina burung untuk berselingkuh ternyata bermanfaat.

Dengan perselingkuhan, anak yang dihasilkan akan memiliki variasi genetik lebih beragam. Akhirnya, hal ini bermanfaat sebagai pertahanan melawan penyakit ataupun beradaptasi menghadapi tantangan alam lainnya.

Perselingkuhan manusia mungkin saja tak ketahuan oleh pasangan. Namun, adakah perselingkuhan manusia mendatangkan keuntungan yang sama seperti pada burung?

Hal tersebut terungkap dari hasil riset para peneliti dari University of East Anglia, University of Melbourne di Australia, dan University of Groningen di Belanda.
Hasil penelitian mengungkap bahwa asmara burung menyerupai asmara manusia. Burung punya pilihan untuk hidup bersama satu pasangan selamanya dan beranak pinak, layaknya membangun bahtera rumah tangga. Namun, ternyata "biduk rumah tangga" burung juga dihiasi perselingkuhan.

Dari sudut pandang manusia, laki-laki adalah aktor perselingkuhan, sampai muncul istilah laki-laki hidung belang. Namun, pada burung, betinalah yang lebih suka berselingkuh.

Riset menguak bahwa betina burung memang masih menjaga "komitmen" dengan pejantan pasangannya namun terus berselingkuh dengan pejantan lain. Yang mengejutkan, perselingkuhan juga menghasilkan anak.

Ilmuwan University of East Anglia mempelajari burung penyanyi spesies Acrocephalus sechellensis. Mereka mengungkap bahwa betina spesies itu lebih memilih pejantan lain membuahi telurnya.

Tim peneliti menangkap 97 persen A sechellensis di Pulau Cousin. Mereka mengambil sampel DNA dan mengobservasi perilaku reproduksi burung itu. Sejumlah 160 burung yang lahir antara tahun 1997-1999 diteliti dan peneliti menemukan bahwa 40 persen burung itu adalah "anak haram".

Sementara itu, tim dari Melbourne University dan University of Groningen meneliti burung penyanyi spesies Parus caeruleus.

Peneliti mengambil 1.732 telur dari 190 sarang burung spesies P caeruleus. Ilmuwan melakukan identifikasi untuk menentukan ayah dari telur tersebut serta telur tersebut dikeluarkan. Hasilnya mengejutkan, banyak telur yang merupakan hasil pembuahan pejantan lain.

"Yang mengejutkan, hampir 75 persen dari telur hasil pembuahan pejantan lain dihasilkan pada setengah kelompok telur," kata Michael Magrath dari University of Melbourne.

Diberitakan ABC News, Minggu (14/3/2013), betina P caeruleus punya keahlian mengatur pembuahan. Betina mampu menyimpan sperma. Pada saat awal, betina akan menggunakan sperma pejantan lain untuk membuahi telurnya. Selanjutnya baru menggunakan sperma "suaminya".

Lucunya, meski betina terang-terangan selingkuh dan menghasilkan anak, pejantan tetap tak tahu. Mereka tetap memelihara dan mencukupi kebutuhan telur dan anakannya.

Menurut ilmuwan, strategi pada spesies P caeruleus adalah salah satu yang bisa membodohi pejantan. Telur hasil pembuahan dengan pejantan lain akan mengecoh pejantan pasangan di betina. Pejantan tepat merasa bahwa semua telur miliknya.

Meski cerita burung ini dianggap pedih dalam sudut pandang manusia, pilihan betina burung untuk berselingkuh ternyata bermanfaat.

Dengan perselingkuhan, anak yang dihasilkan akan memiliki variasi genetik lebih beragam. Akhirnya, hal ini bermanfaat sebagai pertahanan melawan penyakit ataupun beradaptasi menghadapi tantangan alam lainnya.

Perselingkuhan manusia mungkin saja tak ketahuan oleh pasangan. Namun, adakah perselingkuhan manusia mendatangkan keuntungan yang sama seperti pada burung?

Hasil penelitian mengungkap bahwa asmara burung menyerupai asmara manusia. Burung punya pilihan untuk hidup bersama satu pasangan selamanya dan beranak pinak, layaknya membangun bahtera rumah tangga. Namun, ternyata "biduk rumah tangga" burung juga dihiasi perselingkuhan.
Dari sudut pandang manusia, laki-laki adalah aktor perselingkuhan, sampai muncul istilah laki-laki hidung belang. Namun, pada burung, betinalah yang lebih suka berselingkuh.

Riset menguak bahwa betina burung memang masih menjaga "komitmen" dengan pejantan pasangannya namun terus berselingkuh dengan pejantan lain. Yang mengejutkan, perselingkuhan juga menghasilkan anak.

Ilmuwan University of East Anglia mempelajari burung penyanyi spesies Acrocephalus sechellensis. Mereka mengungkap bahwa betina spesies itu lebih memilih pejantan lain membuahi telurnya.

Tim peneliti menangkap 97 persen A sechellensis di Pulau Cousin. Mereka mengambil sampel DNA dan mengobservasi perilaku reproduksi burung itu. Sejumlah 160 burung yang lahir antara tahun 1997-1999 diteliti dan peneliti menemukan bahwa 40 persen burung itu adalah "anak haram".

Sementara itu, tim dari Melbourne University dan University of Groningen meneliti burung penyanyi spesies Parus caeruleus.

Peneliti mengambil 1.732 telur dari 190 sarang burung spesies P caeruleus. Ilmuwan melakukan identifikasi untuk menentukan ayah dari telur tersebut serta telur tersebut dikeluarkan. Hasilnya mengejutkan, banyak telur yang merupakan hasil pembuahan pejantan lain.

"Yang mengejutkan, hampir 75 persen dari telur hasil pembuahan pejantan lain dihasilkan pada setengah kelompok telur," kata Michael Magrath dari University of Melbourne.

Diberitakan ABC News, Minggu (14/3/2013), betina P caeruleus punya keahlian mengatur pembuahan. Betina mampu menyimpan sperma. Pada saat awal, betina akan menggunakan sperma pejantan lain untuk membuahi telurnya. Selanjutnya baru menggunakan sperma "suaminya".

Lucunya, meski betina terang-terangan selingkuh dan menghasilkan anak, pejantan tetap tak tahu. Mereka tetap memelihara dan mencukupi kebutuhan telur dan anakannya.

Menurut ilmuwan, strategi pada spesies P caeruleus adalah salah satu yang bisa membodohi pejantan. Telur hasil pembuahan dengan pejantan lain akan mengecoh pejantan pasangan di betina. Pejantan tepat merasa bahwa semua telur miliknya.

Meski cerita burung ini dianggap pedih dalam sudut pandang manusia, pilihan betina burung untuk berselingkuh ternyata bermanfaat.

Dengan perselingkuhan, anak yang dihasilkan akan memiliki variasi genetik lebih beragam. Akhirnya, hal ini bermanfaat sebagai pertahanan melawan penyakit ataupun beradaptasi menghadapi tantangan alam lainnya.

Perselingkuhan manusia mungkin saja tak ketahuan oleh pasangan. Namun, adakah perselingkuhan manusia mendatangkan keuntungan yang sama seperti pada burung?

Dari sudut pandang manusia, laki-laki adalah aktor perselingkuhan, sampai muncul istilah laki-laki hidung belang. Namun, pada burung, betinalah yang lebih suka berselingkuh.
Riset menguak bahwa betina burung memang masih menjaga "komitmen" dengan pejantan pasangannya namun terus berselingkuh dengan pejantan lain. Yang mengejutkan, perselingkuhan juga menghasilkan anak.

Ilmuwan University of East Anglia mempelajari burung penyanyi spesies Acrocephalus sechellensis. Mereka mengungkap bahwa betina spesies itu lebih memilih pejantan lain membuahi telurnya.

Tim peneliti menangkap 97 persen A sechellensis di Pulau Cousin. Mereka mengambil sampel DNA dan mengobservasi perilaku reproduksi burung itu. Sejumlah 160 burung yang lahir antara tahun 1997-1999 diteliti dan peneliti menemukan bahwa 40 persen burung itu adalah "anak haram".

Sementara itu, tim dari Melbourne University dan University of Groningen meneliti burung penyanyi spesies Parus caeruleus.

Peneliti mengambil 1.732 telur dari 190 sarang burung spesies P caeruleus. Ilmuwan melakukan identifikasi untuk menentukan ayah dari telur tersebut serta telur tersebut dikeluarkan. Hasilnya mengejutkan, banyak telur yang merupakan hasil pembuahan pejantan lain.

"Yang mengejutkan, hampir 75 persen dari telur hasil pembuahan pejantan lain dihasilkan pada setengah kelompok telur," kata Michael Magrath dari University of Melbourne.

Diberitakan ABC News, Minggu (14/3/2013), betina P caeruleus punya keahlian mengatur pembuahan. Betina mampu menyimpan sperma. Pada saat awal, betina akan menggunakan sperma pejantan lain untuk membuahi telurnya. Selanjutnya baru menggunakan sperma "suaminya".

Lucunya, meski betina terang-terangan selingkuh dan menghasilkan anak, pejantan tetap tak tahu. Mereka tetap memelihara dan mencukupi kebutuhan telur dan anakannya.

Menurut ilmuwan, strategi pada spesies P caeruleus adalah salah satu yang bisa membodohi pejantan. Telur hasil pembuahan dengan pejantan lain akan mengecoh pejantan pasangan di betina. Pejantan tepat merasa bahwa semua telur miliknya.

Meski cerita burung ini dianggap pedih dalam sudut pandang manusia, pilihan betina burung untuk berselingkuh ternyata bermanfaat.

Dengan perselingkuhan, anak yang dihasilkan akan memiliki variasi genetik lebih beragam. Akhirnya, hal ini bermanfaat sebagai pertahanan melawan penyakit ataupun beradaptasi menghadapi tantangan alam lainnya.

Perselingkuhan manusia mungkin saja tak ketahuan oleh pasangan. Namun, adakah perselingkuhan manusia mendatangkan keuntungan yang sama seperti pada burung?

Riset menguak bahwa betina burung memang masih menjaga "komitmen" dengan pejantan pasangannya namun terus berselingkuh dengan pejantan lain. Yang mengejutkan, perselingkuhan juga menghasilkan anak.
Ilmuwan University of East Anglia mempelajari burung penyanyi spesies Acrocephalus sechellensis. Mereka mengungkap bahwa betina spesies itu lebih memilih pejantan lain membuahi telurnya.

Tim peneliti menangkap 97 persen A sechellensis di Pulau Cousin. Mereka mengambil sampel DNA dan mengobservasi perilaku reproduksi burung itu. Sejumlah 160 burung yang lahir antara tahun 1997-1999 diteliti dan peneliti menemukan bahwa 40 persen burung itu adalah "anak haram".

Sementara itu, tim dari Melbourne University dan University of Groningen meneliti burung penyanyi spesies Parus caeruleus.

Peneliti mengambil 1.732 telur dari 190 sarang burung spesies P caeruleus. Ilmuwan melakukan identifikasi untuk menentukan ayah dari telur tersebut serta telur tersebut dikeluarkan. Hasilnya mengejutkan, banyak telur yang merupakan hasil pembuahan pejantan lain.

"Yang mengejutkan, hampir 75 persen dari telur hasil pembuahan pejantan lain dihasilkan pada setengah kelompok telur," kata Michael Magrath dari University of Melbourne.

Diberitakan ABC News, Minggu (14/3/2013), betina P caeruleus punya keahlian mengatur pembuahan. Betina mampu menyimpan sperma. Pada saat awal, betina akan menggunakan sperma pejantan lain untuk membuahi telurnya. Selanjutnya baru menggunakan sperma "suaminya".

Lucunya, meski betina terang-terangan selingkuh dan menghasilkan anak, pejantan tetap tak tahu. Mereka tetap memelihara dan mencukupi kebutuhan telur dan anakannya.

Menurut ilmuwan, strategi pada spesies P caeruleus adalah salah satu yang bisa membodohi pejantan. Telur hasil pembuahan dengan pejantan lain akan mengecoh pejantan pasangan di betina. Pejantan tepat merasa bahwa semua telur miliknya.

Meski cerita burung ini dianggap pedih dalam sudut pandang manusia, pilihan betina burung untuk berselingkuh ternyata bermanfaat.

Dengan perselingkuhan, anak yang dihasilkan akan memiliki variasi genetik lebih beragam. Akhirnya, hal ini bermanfaat sebagai pertahanan melawan penyakit ataupun beradaptasi menghadapi tantangan alam lainnya.

Perselingkuhan manusia mungkin saja tak ketahuan oleh pasangan. Namun, adakah perselingkuhan manusia mendatangkan keuntungan yang sama seperti pada burung?

Ilmuwan University of East Anglia mempelajari burung penyanyi spesies Acrocephalus sechellensis. Mereka mengungkap bahwa betina spesies itu lebih memilih pejantan lain membuahi telurnya.
Tim peneliti menangkap 97 persen A sechellensis di Pulau Cousin. Mereka mengambil sampel DNA dan mengobservasi perilaku reproduksi burung itu. Sejumlah 160 burung yang lahir antara tahun 1997-1999 diteliti dan peneliti menemukan bahwa 40 persen burung itu adalah "anak haram".

Sementara itu, tim dari Melbourne University dan University of Groningen meneliti burung penyanyi spesies Parus caeruleus.

Peneliti mengambil 1.732 telur dari 190 sarang burung spesies P caeruleus. Ilmuwan melakukan identifikasi untuk menentukan ayah dari telur tersebut serta telur tersebut dikeluarkan. Hasilnya mengejutkan, banyak telur yang merupakan hasil pembuahan pejantan lain.

"Yang mengejutkan, hampir 75 persen dari telur hasil pembuahan pejantan lain dihasilkan pada setengah kelompok telur," kata Michael Magrath dari University of Melbourne.

Diberitakan ABC News, Minggu (14/3/2013), betina P caeruleus punya keahlian mengatur pembuahan. Betina mampu menyimpan sperma. Pada saat awal, betina akan menggunakan sperma pejantan lain untuk membuahi telurnya. Selanjutnya baru menggunakan sperma "suaminya".

Lucunya, meski betina terang-terangan selingkuh dan menghasilkan anak, pejantan tetap tak tahu. Mereka tetap memelihara dan mencukupi kebutuhan telur dan anakannya.

Menurut ilmuwan, strategi pada spesies P caeruleus adalah salah satu yang bisa membodohi pejantan. Telur hasil pembuahan dengan pejantan lain akan mengecoh pejantan pasangan di betina. Pejantan tepat merasa bahwa semua telur miliknya.

Meski cerita burung ini dianggap pedih dalam sudut pandang manusia, pilihan betina burung untuk berselingkuh ternyata bermanfaat.

Dengan perselingkuhan, anak yang dihasilkan akan memiliki variasi genetik lebih beragam. Akhirnya, hal ini bermanfaat sebagai pertahanan melawan penyakit ataupun beradaptasi menghadapi tantangan alam lainnya.

Perselingkuhan manusia mungkin saja tak ketahuan oleh pasangan. Namun, adakah perselingkuhan manusia mendatangkan keuntungan yang sama seperti pada burung?

Tim peneliti menangkap 97 persen A sechellensis di Pulau Cousin. Mereka mengambil sampel DNA dan mengobservasi perilaku reproduksi burung itu. Sejumlah 160 burung yang lahir antara tahun 1997-1999 diteliti dan peneliti menemukan bahwa 40 persen burung itu adalah "anak haram".
Sementara itu, tim dari Melbourne University dan University of Groningen meneliti burung penyanyi spesies Parus caeruleus.

Peneliti mengambil 1.732 telur dari 190 sarang burung spesies P caeruleus. Ilmuwan melakukan identifikasi untuk menentukan ayah dari telur tersebut serta telur tersebut dikeluarkan. Hasilnya mengejutkan, banyak telur yang merupakan hasil pembuahan pejantan lain.

"Yang mengejutkan, hampir 75 persen dari telur hasil pembuahan pejantan lain dihasilkan pada setengah kelompok telur," kata Michael Magrath dari University of Melbourne.

Diberitakan ABC News, Minggu (14/3/2013), betina P caeruleus punya keahlian mengatur pembuahan. Betina mampu menyimpan sperma. Pada saat awal, betina akan menggunakan sperma pejantan lain untuk membuahi telurnya. Selanjutnya baru menggunakan sperma "suaminya".

Lucunya, meski betina terang-terangan selingkuh dan menghasilkan anak, pejantan tetap tak tahu. Mereka tetap memelihara dan mencukupi kebutuhan telur dan anakannya.

Menurut ilmuwan, strategi pada spesies P caeruleus adalah salah satu yang bisa membodohi pejantan. Telur hasil pembuahan dengan pejantan lain akan mengecoh pejantan pasangan di betina. Pejantan tepat merasa bahwa semua telur miliknya.

Meski cerita burung ini dianggap pedih dalam sudut pandang manusia, pilihan betina burung untuk berselingkuh ternyata bermanfaat.

Dengan perselingkuhan, anak yang dihasilkan akan memiliki variasi genetik lebih beragam. Akhirnya, hal ini bermanfaat sebagai pertahanan melawan penyakit ataupun beradaptasi menghadapi tantangan alam lainnya.

Perselingkuhan manusia mungkin saja tak ketahuan oleh pasangan. Namun, adakah perselingkuhan manusia mendatangkan keuntungan yang sama seperti pada burung?

Sementara itu, tim dari Melbourne University dan University of Groningen meneliti burung penyanyi spesies Parus caeruleus.
Peneliti mengambil 1.732 telur dari 190 sarang burung spesies P caeruleus. Ilmuwan melakukan identifikasi untuk menentukan ayah dari telur tersebut serta telur tersebut dikeluarkan. Hasilnya mengejutkan, banyak telur yang merupakan hasil pembuahan pejantan lain.

"Yang mengejutkan, hampir 75 persen dari telur hasil pembuahan pejantan lain dihasilkan pada setengah kelompok telur," kata Michael Magrath dari University of Melbourne.

Diberitakan ABC News, Minggu (14/3/2013), betina P caeruleus punya keahlian mengatur pembuahan. Betina mampu menyimpan sperma. Pada saat awal, betina akan menggunakan sperma pejantan lain untuk membuahi telurnya. Selanjutnya baru menggunakan sperma "suaminya".

Lucunya, meski betina terang-terangan selingkuh dan menghasilkan anak, pejantan tetap tak tahu. Mereka tetap memelihara dan mencukupi kebutuhan telur dan anakannya.

Menurut ilmuwan, strategi pada spesies P caeruleus adalah salah satu yang bisa membodohi pejantan. Telur hasil pembuahan dengan pejantan lain akan mengecoh pejantan pasangan di betina. Pejantan tepat merasa bahwa semua telur miliknya.

Meski cerita burung ini dianggap pedih dalam sudut pandang manusia, pilihan betina burung untuk berselingkuh ternyata bermanfaat.

Dengan perselingkuhan, anak yang dihasilkan akan memiliki variasi genetik lebih beragam. Akhirnya, hal ini bermanfaat sebagai pertahanan melawan penyakit ataupun beradaptasi menghadapi tantangan alam lainnya.

Perselingkuhan manusia mungkin saja tak ketahuan oleh pasangan. Namun, adakah perselingkuhan manusia mendatangkan keuntungan yang sama seperti pada burung?

Peneliti mengambil 1.732 telur dari 190 sarang burung spesies P caeruleus. Ilmuwan melakukan identifikasi untuk menentukan ayah dari telur tersebut serta telur tersebut dikeluarkan. Hasilnya mengejutkan, banyak telur yang merupakan hasil pembuahan pejantan lain.
"Yang mengejutkan, hampir 75 persen dari telur hasil pembuahan pejantan lain dihasilkan pada setengah kelompok telur," kata Michael Magrath dari University of Melbourne.

Diberitakan ABC News, Minggu (14/3/2013), betina P caeruleus punya keahlian mengatur pembuahan. Betina mampu menyimpan sperma. Pada saat awal, betina akan menggunakan sperma pejantan lain untuk membuahi telurnya. Selanjutnya baru menggunakan sperma "suaminya".

Lucunya, meski betina terang-terangan selingkuh dan menghasilkan anak, pejantan tetap tak tahu. Mereka tetap memelihara dan mencukupi kebutuhan telur dan anakannya.

Menurut ilmuwan, strategi pada spesies P caeruleus adalah salah satu yang bisa membodohi pejantan. Telur hasil pembuahan dengan pejantan lain akan mengecoh pejantan pasangan di betina. Pejantan tepat merasa bahwa semua telur miliknya.

Meski cerita burung ini dianggap pedih dalam sudut pandang manusia, pilihan betina burung untuk berselingkuh ternyata bermanfaat.

Dengan perselingkuhan, anak yang dihasilkan akan memiliki variasi genetik lebih beragam. Akhirnya, hal ini bermanfaat sebagai pertahanan melawan penyakit ataupun beradaptasi menghadapi tantangan alam lainnya.

Perselingkuhan manusia mungkin saja tak ketahuan oleh pasangan. Namun, adakah perselingkuhan manusia mendatangkan keuntungan yang sama seperti pada burung?

"Yang mengejutkan, hampir 75 persen dari telur hasil pembuahan pejantan lain dihasilkan pada setengah kelompok telur," kata Michael Magrath dari University of Melbourne.
Diberitakan ABC News, Minggu (14/3/2013), betina P caeruleus punya keahlian mengatur pembuahan. Betina mampu menyimpan sperma. Pada saat awal, betina akan menggunakan sperma pejantan lain untuk membuahi telurnya. Selanjutnya baru menggunakan sperma "suaminya".

Lucunya, meski betina terang-terangan selingkuh dan menghasilkan anak, pejantan tetap tak tahu. Mereka tetap memelihara dan mencukupi kebutuhan telur dan anakannya.

Menurut ilmuwan, strategi pada spesies P caeruleus adalah salah satu yang bisa membodohi pejantan. Telur hasil pembuahan dengan pejantan lain akan mengecoh pejantan pasangan di betina. Pejantan tepat merasa bahwa semua telur miliknya.

Meski cerita burung ini dianggap pedih dalam sudut pandang manusia, pilihan betina burung untuk berselingkuh ternyata bermanfaat.

Dengan perselingkuhan, anak yang dihasilkan akan memiliki variasi genetik lebih beragam. Akhirnya, hal ini bermanfaat sebagai pertahanan melawan penyakit ataupun beradaptasi menghadapi tantangan alam lainnya.

Perselingkuhan manusia mungkin saja tak ketahuan oleh pasangan. Namun, adakah perselingkuhan manusia mendatangkan keuntungan yang sama seperti pada burung?

Diberitakan ABC News, Minggu (14/3/2013), betina P caeruleus punya keahlian mengatur pembuahan. Betina mampu menyimpan sperma. Pada saat awal, betina akan menggunakan sperma pejantan lain untuk membuahi telurnya. Selanjutnya baru menggunakan sperma "suaminya".
Lucunya, meski betina terang-terangan selingkuh dan menghasilkan anak, pejantan tetap tak tahu. Mereka tetap memelihara dan mencukupi kebutuhan telur dan anakannya.

Menurut ilmuwan, strategi pada spesies P caeruleus adalah salah satu yang bisa membodohi pejantan. Telur hasil pembuahan dengan pejantan lain akan mengecoh pejantan pasangan di betina. Pejantan tepat merasa bahwa semua telur miliknya.

Meski cerita burung ini dianggap pedih dalam sudut pandang manusia, pilihan betina burung untuk berselingkuh ternyata bermanfaat.

Dengan perselingkuhan, anak yang dihasilkan akan memiliki variasi genetik lebih beragam. Akhirnya, hal ini bermanfaat sebagai pertahanan melawan penyakit ataupun beradaptasi menghadapi tantangan alam lainnya.

Perselingkuhan manusia mungkin saja tak ketahuan oleh pasangan. Namun, adakah perselingkuhan manusia mendatangkan keuntungan yang sama seperti pada burung?

Lucunya, meski betina terang-terangan selingkuh dan menghasilkan anak, pejantan tetap tak tahu. Mereka tetap memelihara dan mencukupi kebutuhan telur dan anakannya.
Menurut ilmuwan, strategi pada spesies P caeruleus adalah salah satu yang bisa membodohi pejantan. Telur hasil pembuahan dengan pejantan lain akan mengecoh pejantan pasangan di betina. Pejantan tepat merasa bahwa semua telur miliknya.

Meski cerita burung ini dianggap pedih dalam sudut pandang manusia, pilihan betina burung untuk berselingkuh ternyata bermanfaat.

Dengan perselingkuhan, anak yang dihasilkan akan memiliki variasi genetik lebih beragam. Akhirnya, hal ini bermanfaat sebagai pertahanan melawan penyakit ataupun beradaptasi menghadapi tantangan alam lainnya.

Perselingkuhan manusia mungkin saja tak ketahuan oleh pasangan. Namun, adakah perselingkuhan manusia mendatangkan keuntungan yang sama seperti pada burung?

Menurut ilmuwan, strategi pada spesies P caeruleus adalah salah satu yang bisa membodohi pejantan. Telur hasil pembuahan dengan pejantan lain akan mengecoh pejantan pasangan di betina. Pejantan tepat merasa bahwa semua telur miliknya.
Meski cerita burung ini dianggap pedih dalam sudut pandang manusia, pilihan betina burung untuk berselingkuh ternyata bermanfaat.

Dengan perselingkuhan, anak yang dihasilkan akan memiliki variasi genetik lebih beragam. Akhirnya, hal ini bermanfaat sebagai pertahanan melawan penyakit ataupun beradaptasi menghadapi tantangan alam lainnya.

Perselingkuhan manusia mungkin saja tak ketahuan oleh pasangan. Namun, adakah perselingkuhan manusia mendatangkan keuntungan yang sama seperti pada burung?

Meski cerita burung ini dianggap pedih dalam sudut pandang manusia, pilihan betina burung untuk berselingkuh ternyata bermanfaat.
Dengan perselingkuhan, anak yang dihasilkan akan memiliki variasi genetik lebih beragam. Akhirnya, hal ini bermanfaat sebagai pertahanan melawan penyakit ataupun beradaptasi menghadapi tantangan alam lainnya.

Perselingkuhan manusia mungkin saja tak ketahuan oleh pasangan. Namun, adakah perselingkuhan manusia mendatangkan keuntungan yang sama seperti pada burung?

Dengan perselingkuhan, anak yang dihasilkan akan memiliki variasi genetik lebih beragam. Akhirnya, hal ini bermanfaat sebagai pertahanan melawan penyakit ataupun beradaptasi menghadapi tantangan alam lainnya.
Perselingkuhan manusia mungkin saja tak ketahuan oleh pasangan. Namun, adakah perselingkuhan manusia mendatangkan keuntungan yang sama seperti pada burung?

Perselingkuhan manusia mungkin saja tak ketahuan oleh pasangan. Namun, adakah perselingkuhan manusia mendatangkan keuntungan yang sama seperti pada burung?

MELBOURNE, KOMPAS.com — Bila ditilik dari sudut pandang manusia, perselingkuhan umumnya akan menghancurkan kehidupan pasangan. Namun, bagi burung, perselingkuhan ternyata punya manfaat, terutama untuk menjaga kelangsungan jenis.

Source : Kompas Sains
Writer Yunanto Wiji Utomo

No comments: