Bab
I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang Masalah
Munculnya hegemoni
akibat proses penguasaan kelas dominan kepada kelas bawah, dan kelas bawah yang juga aktif mendukung ide-ide kelas
dominan. Penguasaan dilakukan tidak dengan kekerasan, melainkan melalui bentuk-bentuk
persetujuan masyarakat yang dikuasai.
Bentuk-bentuk
persetujuan masyarakat atas nilai-nilai masyarakat dominan dilakukan dengan
penguasaan basis-basis pikiran, kemampuan kritis, dan kemampuan-kemampuan
afektif masyarakat melalui konsensus yang menggiring kesadaran masyarakat
tentang masalah-masalah sosial ke dalam pola kerangka yang ditentukan lewat
birokrasi (masyarakat dominan). Di sini terlihat adanya usaha untuk
menaturalkan suatu bentuk dan makna kelompok yang berkuasa .
Kelas
dominan melakukan penguasaan kepada kelas bawah menggunakan ideologi.
Masyarakat kelas dominan merekayasa kesadaran masyarakat kelas bawah sehingga
tanpa disadari, mereka rela dan mendukung kekuasaan kelas dominan. Sebagai
contoh dalam situasi kenegaraan, upaya kelas dominan (pemerintah) untuk
merekayasa kesadaran kelas bawah (masyarakat) adalah dengan melibatkan para
intelektual dalam birokrasi pemerintah serta intervensi melalui lembaga-lembaga
pendidikan dan seni.
v Dengan
Teori Hegemoni, apa yang hendak didekonstruksi oleh Gramsci?
Bab II
Acuan Teoretik
II.1
Tentang Tokoh
Gramsci dikenal sebagai penulis sekaligus
teoritikus. Termasuk pula, pemikirannya mengenai teori
Marxis, teori
kritis dan teori lain mengenai pendidikanAntonio Gramsci lahir di
Ales, sebuah kota kecil di Sardinia, daerah miskin di Italia, pada 22 Januari
1891. Latar belakang pendidikan yang cukup dikenal, bahwa Gramsci memasuki
perguruan tinggi setelah memenangkan beasiswa di Universitas Turin tahun
1911.Itulah tahun-tahun di mana dia banyak membaca dan belajar pemikiran
filosof idealis Benedetto Croce—filosof paling berpengaruh terhadap pemikiran
Marxisme di Italia yang kelak banyak mempengaruhi Gramsci.Sejak menjadi
mahasiswa minatnya dalam bidang politik dan aktivitas gerakan sosial
berkembang, terutama gerakan kaum buruh, dan mendorongnya bergabung dengan
Partai Sosialis Italia.
Kehidupan Gramsci sebagai aktivis membentuk
kepribadiannya, dan minatnya untuk menekuni bidang media massa, kebudayaan, dan
kritik ideology semakin kokoh—bahkan ia mengembangkan pemikiran dan konsepsi
ideologi dan konter terhadap ideologi dominan yang dikembangkan oleh negara.
Pernah pada 1922 dia harus hijrah ke Rusia untuk memperjuangkan bagaimana watak
demokratis paham Sosialisme harus diterapkan.Namun, tahun 1924 dia kembali ke
Italia, dan melakukan berbagai usaha untuk melakukan perubahan dan upaya
transformasi terhadap Partai Komunis. Gramsci kemudian berhasil mengembangkan
partai Komunis menjadi partai yang berakar pada gerakan massa.
Tahun 1928 dijatuhi hukuman 20 tahun penjara oleh
pemerintah fasis Mussolini.Pemenjaraan Gramsci oleh Mussolini sebenarnya
dimaksudkan untuk membungkam Gramsci.Namun, justru di dalam penjara inilah
Gramsci menuliskan pemikiran-pemikiran briliannya, mulai pemikiran tentang
peran intelektual, hegemoni, negara dan civil society (masyarakat sipil).Semua
pemikirannya dituliskan dalam catatan hariannya di bawah ketatnya pengawasan
negara dan dalam suasana pesakitan yang luar biasa.Akhirnya Gramsci berhasil
menulis sebanyak 34 buku catatan harian yang nantinya diterbitkan dalam bentuk
buku yang terkenal dengan The Prison Notebooks.Dan pada 27 April 1937 Gramsci
meninggal dunia di kamar penjaranya di Turin.Untunglah, catatan-catatan harian
Gramsci itu diselundupkan Tatiana dan dikirimkan ke Moskow melalui saluran
diplomatik. Dari catatan harian itulah akhirnya diketahui secara luas
pikiran-pikiran revolusioner Gramsci.
Gramsci hidup pada masa kehancuran revolusi
sosial di Eropa Barat 1918-1923, dan menyaksikan organisasi buruh dan gerakan
sosialis dihancurkan oleh fasisme pada 1922-1937. Ia menyaksikan betapa kuatnya
komitmen sebagian besar masyarakat untuk menegakkan negara modern kendati
tengah menghadapi krisis ketika mereka kehilangan harapan di dalamnya. Anehnya,
mereka merasa memperoleh solusi dalam fasisme dan bukan dalam rezim sosialisme.
Dari fenomena ini Gramsci tertarik untuk melihat
bagaimana sesungguhnya kekuasaan itu harus ditegakkan. Melalui catatan
hariannya dalam penjara, The Prison Notebooks, ia mempertanyakan mengapa dan bagaimana negara
modern menikmati konsensus, serta mengapa dan bagaimana kaum sosialis menjamin konsensus itu dijadikan dasar bagi
tumbuhnya konsensus baru di tengah-tengah nilai sosialis.
Dari latar belakang historis semacam itu Gramsci
merasa menemukan masalah yang tidak memperoleh jawaban dalam analisis Marx.
Meski tidak sepenuhnya meninggalkan tradisi Marxian, karena ia masih percaya
masyarakat kapitalisme selalu melahirkan kontradiksi di dalamnya, ia kemudian
mencari jawabannya sendiri dengan mendasarkan kepada karya-karya Labriola,
Sorel dan Croce—dan berhasil mempersembahkan teori politik dalam hal ini bagaimana kekuasaan bekerja di dalam
negara modern. Ia memasuki analisisnya antara lain dengan memberikan kritik
terhadap kegagalan prediksi Marx. Bukti kegagalan revolusi sosialisme lantaran
tidak terjadi revolusi kaum buruh, telah mematahkan argumentasi Marx yang
dinilainya deterministik, fatalistik, dan mekanistik.
Gramsci mengakui ada keteraturan sejarah, tetapi
ia tidak berjalan secara otomatis dan bukan tak terelakkan. Perkembangan
sejarah terjadi karena tumbuh kesadaran massa terhadap situasi dan sistem yang
dihadapi. Oleh karena itu, massa harus bergerak untuk melakukan revolusi, dan
hal ini dapat terjadi bila massa memiliki kesadaran terhadap realitas atau
sistem yang dihadapi. Tekanan struktural, terutama ekonomi, diakui memang ada,
tetapi ia bukan penyebab bagi massa bangkit untuk membangun revolusi.
Dalam hal ini, yang dibutuhkan adalah revolusi
ideologi. Namun, revolusi ideologi ini tidak akan muncul dari massa, melainkan
harus didorong oleh kelas intelektual yang sadar, karena memang di mata
Gramsci, massa pada dasarnya tidak memiliki apa yang ia sebut dengan
self-consciousness. Meski demikian, begitu memperoleh dorongan dari ide elite,
massa diyakini Gramsci akan memungutnya dan menjadikannya sebagai dasar
melakukan gerakan revolusi.
Dari ranah makro (subjektif) Gramsci
mempersoalkan ide kolektif dan bukan struktur sosial. Di sini Gramsci
memperlihatkan kecenderungannya kepada perspektif Hegelian ketimbang Marx
sendiri. Dalam hal ini, ia mengungkapkan kata kunci Hegemoni – yaitu sebuah
sistem pemerintahan suatu negara yang didasarkan pada pembentukan atau
pembinaan konsensus melalui kepemimpinan budaya.
Praktik hegemoni dilakukan secara terus menerus
terhadap kekuatan oposisi untuk mau memilih sikap konformistik, sehingga
menimbulkan disiplin diri untuk menyesuaikan dengan norma-norma yang diputuskan
oleh negara dengan keyakinan bahwa apa yang telah diputuskan negara tersebut
merupakan cara terbaik untuk bertahan (survive) dan meraih kesejahteraan.
Gramsci hendak memperlihatkan peran kaum intelektual yang bekerja atas nama
kapitalisme dengan menempuh kepemimpinan budaya dengan persetujuan massa.
Kepemimpinan budaya harus hadir jika ingin revolusi berhasil, karena menurutnya
revolusi tidak cukup dilakukan dengan cara menguasai ekonomi dan aparatur
negara—tidak seperti pandangan Marx (Ritzer 2004:148).
II.2 Konsep Dasar Pemikiran Tokoh
Gramsci dipandang banyak pihak sebagai pemikir Marxis paling penting di
abad ke-20, khususnya sebagai pemikir kunci dalam perkembangan Marxisme
Barat. Ia menulis lebih dari 30 buku
catatan dan 3000 halaman sejarah dan analisis selama di penjara. Tulisan-tulisan ini, yang kemudian dikenal luas sebagai Buku Catatan Penjara (Prison Notebooks), berisi penelusuran Gramsci terhadap sejarah dan nasionalisme Italia, selain pemikiran mengenai teori Marxis, teori kritis dan teori pendidikan yang berkaitan dengan dirinya, seperti:
catatan dan 3000 halaman sejarah dan analisis selama di penjara. Tulisan-tulisan ini, yang kemudian dikenal luas sebagai Buku Catatan Penjara (Prison Notebooks), berisi penelusuran Gramsci terhadap sejarah dan nasionalisme Italia, selain pemikiran mengenai teori Marxis, teori kritis dan teori pendidikan yang berkaitan dengan dirinya, seperti:
- Hegemoni
Budaya sebagai cara untuk menjaga keberlangsungan negara
kapitalis
- Pentingnya
pendidikan buruh populer untuk mendorong perkembangan intelektual
dari kelas pekerja
- Pemisahan
antara masyarakat politis (polisi, tentara, sistem legal, dsb) yang
mendominasi secara langsung dan koersif, danmasyarakat
sipil (keluarga, sistem pendidikan, serikat perdagangan, dsb) di
mana kepemimpinan dikonstitusionalisasi melaluiideologi
- 'Historisisme
Absolut'
- Kritik determinisme
ekonomi
- Kritik materialisme
filosofis
Bab III
Pembahasan
III.1 Tema/ Isu Utama
Pemikiran penting
Gramsci adalah tentang hegemoni. Konsep hegemoni memang dikembangkan Gramsci
atas dasar dekonstruksinya terhadap konsep-konsep Marxis ortodoks (yang
menerima doktrin Marx sebagai kebenaran mutlak). Gramsci, sebagaimana
teoretikus kontemporer seperti Terry Eagleton, Fredrick Jameson, dan Mikhail
Bakhtin, menganggap Marx tak lebih hanya sebagai sumber inspirasi—untuk
melakukan dekonstruksi.
Istilah Hegemoni dalam
tradisi Marxisme diperluas ke arah pengertian hubungan kekuasaan di antara
kelas-kelas sosial, khususnya kelas yang berkuasa (ruling class). Dengan
demikian, baik dalam Marxisme maupun tradisi sebelumnya, istilah hegemoni
digunakan untuk menjelaskan fenomena kekuasaan politik. Meskipun demikian,
Gramsci mengembangkan pengertian hegemoni secara lebih luas, yaituHegemoni
berarti memimpin, kepemimpinan, kekuasaan yang melebihi kekuasaan yang lain.
Jadi secara leksikografis hegemoni berarti kepemimpinan. Proses penguasaan
kelas dominan kepada kelas bawah, dan kelas bawah juga aktif mendukung ide-ide
kelas dominan.Di sini penguasaan dilakukan tidak dengan kekerasan, melainkan
melalui bentuk-bentuk persetujuan masyarakat yang dikuasai.
Bentuk-bentuk
persetujuan masyarakat atas nilai-nilai masyarakat dominan dilakukan dengan
penguasaan basis-basis pikiran, kemampuan kritis, dan kemampuan-kemampuan
afektif masyarakat melalui konsensus yang menggiring kesadaran masyarakat
tentang masalah-masalah sosial ke dalam pola kerangka yang ditentukan lewat
birokrasi (masyarakat dominan). Di sini terlihat adanya usaha untuk
menaturalkan suatu bentuk dan makna kelompok yang berkuasa .
Dengan demikian mekanisme penguasaan
masyarakat dominan dapat dijelaskan sebagai berikut:
Kelas dominan melakukan
penguasaan kepada kelas bawah menggunakan ideologi. Masyarakat kelas dominan
merekayasa kesadaran masyarakat kelas bawah sehingga tanpa disadari, mereka
rela dan mendukung kekuasaan kelas dominan. Sebagai contoh dalam situasi kenegaraan,
upaya kelas dominan (pemerintah) untuk merekayasa kesadaran kelas bawah
(masyarakat) adalah dengan melibatkan para intelektual dalam birokrasi
pemerintah serta intervensi melalui lembaga-lembaga pendidikan dan seni.
Dengan dimasukkannya
unsur kepemimpinan dan persetujuan dari kelompok yang dihegemoni, maka konsep
hegemoni dianggap lebih kompleks dibandingkan dengan ideologi. Dalam hegemoni
terkandung ideologi, tetapi belum tentu sebaliknya. Unsur represif lebih jelas
dalam hegemoni.
Jadi, Gramsci mengubah
makna hegemoni dari strategi menjadi sebuah konsep—seperti halnya konsep Marxis
tentang kekuatan dan hubungan produksi, kelas dan negara—menjadi sarana untuk
mengubahnya. Ia mengembangkan gagasan tentang kepemimpinan dan pelaksanaannya
sebagai syarat untuk memperoleh kekuasaan negara ke dalam konsepnya tentang
hegemoni. Bagi Gramsci, hegemoni
merupakan hubungan antara kelas dengan kekuatan sosial lain. Kelas hegemonik,
atau kelompok kelas hegemonik, adalah kelas yang mendapatkan persetujuan dari
kekuatan dan kelas sosial lain dengan cara menciptakan dan mempertahankan
sistem aliansi melalui persetujuan politik dan ideologis. Konsep ideologis
dibangun dengan memasukkan beberapa konsep lain yang berkaitan dengannya, yakni
hubungan kekuatan ekonomi-korporatif/hegemonik, nasional kerakyatan, revolusi
pasif, revolusi intelektual dan moral, pemikiran awam, masyarakat sipil, blok
historis, dan watak kekuasaan.
Terkait dengan ekonomi
korporatif, Gramsci melihat, bahwa ide tentang pembangunan system aliansi merupakan
tema sentral dari konsep hegemoni. Baginya, kelas pekerja hanya dapat menjadi
kelas hegemonic dengan memperhatikan berbagai kepentingan dari kelas dan
kekuatan sosial yang lain serta menemukan cara untuk mempertemukannya dengan
kepentingan mereka sendiri. Kepentingan
bukan hanya kepentingan lokal, melainkan juga kesiapan memubuat berbagai
konsensus agar dapat mewakili semua kelompok kekuatan sosial yang besar. Jadi
hubungan antara dua kelas utama (yakni pemodal dan buruh) bukan merupakan hubungan pertentangan sederhana
antara dua kelas, melainkan hubungan kompleks yang melibatkan kelas-kelas dan
kekuatan-kekuatan lainnya. Masing-masing pihak berusaha keras memperkuat
aliansinya sendiri, memecahbelah aliansi kelompok lain, dan mengubah
perimbangan kekuatan demi kepentingan kelompoknya.
III.2 Dampak Pemikiran Tokoh Terhadap
Kehidupan
Berdasarkan
pemikiran Gramsci tersebut dapat dijelaskan bahwa hegemoni merupakan suatu
kekuasaan atau dominasi atas nilai-nilai kehidupan, norma, maupun kebudayaan
sekelompok masyarakat yang akhirnya berubah menjadi doktrin terhadap kelompok
masyarakat lainnya dimana kelompok yang didominasi tersebut secara sadar
mengikutinya. Kelompok yang didominasi oleh kelompok lain (penguasa) tidak
merasa ditindas dan merasa itu sebagai hal yang seharusnya terjadi. jika
direfleksikan ke dalam kehidupan sosial-politik di Indonesia saat ini, maka
saya mencoba mengambil contoh adanya ‘pasar modern ‘ yang marak saat ini dan
menyebar hampir keseluruh wilayah di Indonesia. Pasar modern ini contohnya ada
berbagai macam, diantaranya yang saya tahu adalah mini
market (Alfamart,Indomaret,
dsb) lalu adanya Mall yang
dekat dengan rumah saya yaitu Metropolitan Mall, Giant, Bekasi Cyber Park,
Bekasi Square, dsb. Serta makin maraknya bisnis waralaba yang ada dan datang
dari Barat seperti KFC, McDonald, CFC, A&W, dsb.
Bab IV
Penutup
-KESIMPULAN-
Jadi,
Hegemoni Gramscian mengandung ide-ide tentang usaha untuk mengadakan
dekonstruksi tentang Marxisme yaitu
perubahan sosial secara radikal dan revolusioner. Teori hegemoni secara
tidak langsung menolak reduksi manusia, termasuk narasi kecil, menolak
konsep-konsep yang menjunjung tinggi kebenaran mutlak, baik yang terkandung
dalam Marxisme maupun non-Marxisme. Gramsci menolak teori Marxisme (dengan
determinisme mekanis-nya) bahwa struktur dasar, sebagai infrastruktur material,
secara monolitis dapat menentukan superstruktur ideologisnya, dan kebudayaan
pada umumnya. Menurut Gramsci, determinisme mekanis seperti ini cenderung
menimbulkan sikap pasif sebab kaum buruh akan menunggu perubahan dalam bidang
ekonomi, dan sikap ini jelas memperlemah timbulnya inisiatif-inisiatif yang
baru.
Referensi
(n.d.). Retrieved February
16, 2013, from anshar-mtk.blogspot.com/2012/10/filsafatkontemporer
liarkanpikir. (2011, October 15).
Retrieved May 1, 2013, from
http://liarkanpikir.wordpress.com/2011/10/15/teori-hegemoni-menurut-gramsci/
Wikipedia. (2011, April 5). Retrieved
May 1, 2013, from Wikipedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Antonio_Gramsci
Khoiri, M. (2011, January
30). My-E Learning Class. Retrieved May 1, 2013, from A Corporation to
Creative Works:
http://mye-learningclass.blogspot.com/2011/01/antonio-gramsci-dan-konsepteori.html
No comments:
Post a Comment