elisabeth alfrida =====> Kapan engkau kembali...? demikianlah sepenggal bait pertanyaan ketika ada perpisahaan. Pertanyaan kapan engkau kembali, tidak semata karena dia, engkau satu kampung dengan saya, atau dia, engkau teman, sahabat atau anggota keluarga, tapi dimaknai lebih mendalam sebagai kerinduan dan harapan atas sosok kehadiran dan keberadaan aku, engkau dan dia yang memberikan sebuah nilai persatuan, nilai kedamaian di dalam kebersamaan yang dialami oleh orang lain atas paguyuban itu.
Sejenak berbagi pengalaman. Ketika aku menelphon temanku di Jogja, Jakarta atau menelphon saudara-saudariku dan para konfraterku di Madagascar, pertanyaan yang sama; “kapan engkau ke Jogja, Jakarta atau kapan engkau kembali ke Madagascar” selalu dilontarkan kepadaku. Bagiku pertanyaan ini bukan karena dia, mereka mengenal aku tetapi lebih dari itu pertanyaan ini adalah Kerinduan dan Harapan akan Persatuan yang tetap terjalin meski berbeda situasi ruang dan waktu.Pertanyaan “Kapan engkau kembali?”, bagi saya bukan soal kehadiran fisik dan bukan pula ereka tidak menghendaki dan menginginkan perpisahan tetapi lebih dari itu adalah sebuah Doa agar tetap satu dalam Iman yang saling meneguhkan dan menguatkan dan membawa kedamaian serta kesejukan. Kapan engkau kembali adalah sebuah jawaban atas kerinduan untuk kembali. Perpisahaan bukan akhir dari kebersamaan, tetapi perjalanan untuk pulang membingkai kebersamaan dalam doa meski tak berhadapan muka dan tak berjabat tangan. Diakui bahwa perpisahan menyisakan kesedihan dan duka. Namun harus diakui pula bahwa kesedihan dan duka adalah SEMANGAT BARU untuk pergi merajut persatuan dengan yang lain dan pulang untuk membawa SEMANGAT PERSATUAN YANG BARU yang tidak akan pernah hilang digesur gelombang waktu.Pertanyaan “kapan engkau kembali?” adalah sebuah Doa Harapan agar persatuan dan kebersamaan ini tetap terpelihara seperti doa Yesus; “peliharalah mereka dalam namaMu....supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita” (bdk. Yoh 17:11b). Pertanyaan “kapan engkau kembali?” bukan karena sekedar perasaan kangen, melainkan karena PERSATUAN dan KEBERSAMAAN itu sendiri dibangun atas dasar IMAN dan DOA yang saling memberikan semangat peneguhan dan kekuatan iman untuk hidup sebagai satu keluarga yang selalu merindukan kebersamaan yang dibangun dalam ketulusan, kejujuran, kebenaran dan kerendahan hati serta pengorbanan.Kapan engkau kembali, adalah Kerinduan Iman dan Harapan doa menyertai perjalanan sekaligus menanti kepulangan untuk tetap merenda persatuan dalam rumah kesatuan. Sebab kepergiaan untuk merenda persatuan dengan yang lain dan pulang untuk menikmati kebersamaan dan persatuan yang saling meneguhkan dan menguatkan satu sama lain. Semoga.Kerinduan Iman, Harapan doa: Dasar PersatuanRabu Pekan Paskah VII: 15 Mei 2013witten by Lie Jelivan msf
No comments:
Post a Comment